Dalam sebuah perusahaan selalu ada tiga jenis karyawan yaitu :Karyawan yang bisa diajak mikir oleh DireksiKaryawan yang bisa diberi tugas dan membantu Direksi atas kelancaran tugasnya. Karyawan yang jadi pikiran Direksi alias karyawan salah.
Karyawan yang bisa diajak mikir dan karyawan yang bisa diberi tugas dan membantu Direksi atas kelancaran tugasnya memang merupakan aset bagi perusahaan. Bagi perusahaan karyawan yang berprestasi ini layak mendapat bintang, ancungan jempol dan reward yang sesuai dengan kemampuan serta cash flow perusahaan.Mereka sangat memberi kontribusi kepada kelancaran operasional perusahaan dan pencapaian target tertentu.
Dalam suatu bincang-bincang beberapa waktu yang lalu ternyata karyawan yang membuat pusing adalah karyawan yang mau dikeluarkan tapi kadang dia tidak menyalahi aturan kepegawaian, tapi tak bisa diandalkan dan kalau dikasih tugas malah bikin pusing. Karyawan seperti ini sudah hilang semangatnya, jadi mau dididik seperti apa pun sudah berat sekali karena dia sendiri sudah tidak ingin berubah. Ciri-cirinya adalah karyawan yang malas, telat mikir, mementingkan kesenangannya sendiri, egoistis, kurang bertanggung jawab dan mengadalkan orang lain, diberi tugas malah balik memberi tugas ke rekan yang lain atau mengerjakan tugas gak sampai final.
Karyawan salah dapat ditinjau dari beragam perspektif. Arti salah disini dikaitkan dengan standar baku yang sudah ditetapkan perusahaan. Kalau terjadi penyimpangan maka artinya timbul kesalahan. Bisa dilihat dari pelaksanaan proses dan hasilnya. Juga bisa dilihat dari sisi perilaku atau sikapnya. Dan tentunya juga tingkat pengetahuannya. Ketika semua itu menjadi bahan obrolan maka apakah penilaian tersebut bisa diterima secara obyektif? Nanti dulu. Bisa jadi penilaian itu kental dengan unsur subyektif. Lebih banyak menggunakan unsur kesan ketimbang kondisi nyata. Padahal suatu penilaian tentang seseorang haruslah didukung fakta yang akurat. Suatu penilaian terhadap karyawan sebaiknya berdasarkan pendekatan intelektual ketimbang hanya intuisi. Lebih diterima berdasarkan rasional ketimbang emosional. Artinya jangan sampai suatu penilaian mengakibatkan sang karyawan langsung menjadi tertuduh. Ujung-ujungnya sang karyawan bisa sakit hati. Karyawan yang memang salah bukan berarti mutlak bahwa mereka sebagai orang-orang yang kurang bernilai ketimbang karyawan yang lain. Semuanya harus ditempatkan secara proporsional. Kesalahan mereka masih bisa diperbaiki. Implikasi untuk jawaban di atas adalah pertama, karyawan salah tidak ditentukan hanya oleh satu faktor saja. Karena itu pendekatan masalahnya harus berdasarkan faktor yang signifikan mempengaruhi timbulnya kesalahan karyawan. Kedua, setiap penilaian terhadap perfoma dan perilaku karyawan seharusnya dilakukan dengan seobyektif mungkin dan mempertimbangkan unsur manusiawi. Artinya perlu didukung fakta akurat dan terpercaya. Ketiga, mitos bahwa seorang pemimpin tidak pernah bersalah harus dibuang jauh-jauh. Kalau tidak disingkirkan akan menyebabkan timbulnya egosentrik dan kekuasaan mutlak dari manajer. Jangan sampai timbul kesan sebenarnya bukan karyawan yang salah tetapi karyawan yang disalahkan. Nendang kaki orang, sembunyi kaki sendiri. Padahal dalam dunia bisnis yang semakin modern sudah mulai diterapkan model partnership management. Karyawan dipandang sebagai rekan kerja ketimbang sebagai bawahan.
#@#@#@
Pustaka Diambil dari berbagai sumber
Kinanti Office, Hotel Salak The Heritage Lt. 2
Jl. Ir. H. Juanda No. 8 Bogor 16121
Tlp. +62 251-8347 620 Fax. +62 251-8347 608
Call Center & SMS. +62 251-4784 895
marketing@fatmawati.com www.fatmawati.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar