28 November 2008

Apa Salahnya “Meniru” Nestle?

Minggu lalu saya bertemu dengan seorang teman yang dipecaya sebagai perwakilan perusahaannya untuk menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh PT. Nestle Indonesia (PT. NI). Pertemuan itu dihadiri oleh semua lini bisnis yang terlibat dan dilibatkan oleh PT. NI untuk mendukung kelancaran bisnisnya, dari mulai supplier, co-packer (perusahaan pengemas produk-produk PT. NI), distributor dan bagian-bagian lainnya.

Kata teman saya, di pertemuan yang diselenggarakan di hotel ternama di bilangan Jakarta itu, PT. NI memberikan kesempatan kepada siapapun untuk melakukan presentasi atas program, inovasi atau apapun namanya yang dapat meningkatkan kinerja PT. NI dengan seluruh perangkatnya. Presentator dan penggagas program terbaik dianugerahi sepeda motor, home theater, televisi dan lain-lain sesuai dengan peringkatnya.


Yang mengusik perasaan saya adalah : Antusiasme teman saya tersebut untuk mengikuti program yang diselenggarakan PT. NI tahun berikutnya. Kemudian saya tanya : “Apakah karena hadiahnya sepeda motor?” Yang kemudian dijawab : “Bukan semata-mata karena hadiahnya”. Rupanya “kebaggaan” sebagai salah satu presentator, penyumbang ide bahkan memberikan dampak efisiensi cost, peningkatan produktifitas dan penjualan yang menjadikan dia terpacu untuk turut andil dalam program kompetisi tersebut. Karena ide dari orang-orang lapangan itu biasanya bersifat praktis, namun dapat memberikan solusi sampai akar permasalahannya.
Pada kenyataannya memang demikian, karyawan pada umumnya tidak hanya menginginkan penghargaan berupa materi, namun juga berupa penghormatan atas karya yang telah dilakukannya. Seringkali perusahaan-perusahaan kecil dan bahkan perusahaan besar belum menyadari pentingnya hal ini, mereka hanya mempertimbangkan uang sebagai satu-satu-nya bentuk penghargaan atas prestasi karyawan, padahal jika dihitung kasus yang terjadi pada PT. NI tersebut, efisiensi atau peningkatan performa perusahaan pasti jauh lebih tinggi dibandingkan harga sebuah motor bebek, home theater dan televisi 21 inch. Namun, tanpa kehilangan arti dari hadiah-nya, perusahaan tetap dapat memberikan dorongan moril kepada inovator-inovator tersebut.


Pastinya, ide-ide “berharga” itu akan jauh lebih “berharga mahal” jika terlontar dari mulut seorang konsultan. Jadi, mengapa harus membayar lebih jika ternyata karyawan yang kita miliki ini mempunyai pemikiran yang brilian dalam menyelesaikan permasalahan atau meningkatkan produktifitas yang akan merasa sangat tersanjung dengan “penghargaan” dari atasan dan perusahaan tempatnya bernaung.


Penghargaan terhadap karyawan kembali dilakukan oleh PT. Ayam Goreng Fatmawati Indonesia dengan menyelenggarakan seleksi the best employee of the year 2008 sebagai salah satu penghargaan bagi karyawan yang berdedikasi tinggi dalam mengelola restoran. Hadiahnya....? Sudah pasti sangat “berharga” bagi the best employee tersebut....Kinanti Office, Hotel Salak


The Heritage Lt. 2
Jl. Ir. H. Juanda No. 8 Bogor 16121
Tlp. +62 251-8347 620 Fax. +62 251-8347 608
Call Center & SMS. +62 251-4784 895
marketing@fatmawati.com www.fatmawati.com

1 komentar: